Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.

Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, kejadian-kejadian, atau makhluk hidup lainnya

Realitas adalah totalitas dari suatu sistem, yang diketahui dan tidak diketahui

Perspektif fenomenologis, realitas merupakan sesuatu yang secara fenomenal nyata (eksis) - sementara non-realitas dianggap tidak ada

Hukum kekekalan energi berbunyi energi total selalu konstan dalam setiap proses perubahan

Energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, hanya berubah

Senin, 04 Oktober 2021

MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA CTL





Salah satu contoh model pembelajaran matematika yaitu model pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Model pembelajaran CTL merupakan suatu konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Nurhadi, 2002). Tujuh Komponen Utama CTL  yaitu:


KONSTRUKTIVISME

 Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal

  Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan


 •  INQUIRY (Menemukan)

 Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman 

 Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis


 •  QUESTIONING (Bertanya)

 Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa 

 Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry

 • LEARNING COMMUNITY (MASYARAKAT BELAJAR) 

 Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar 

 Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri 

 Tukar pengalaman 

 Berbagi ide


 • MODELING (PEMODELAN) 

 Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar 

 Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya


• AUTHENTIC ASSESSMENT (PENILAIAN YANG SEBENARNYA) 

 Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa 

 Penilaian produk (kinerja)  Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual


• Reflection (refleksi) 

 Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari 

 Mencatat apa yang telah dipelajari 

 Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok

KARAKTERISTIK RANAH AFEKTIF


Sikap merupakan bagian hasil belajar.Sikap dapat di pengaruhi, diarahkan, dan di bentuk dalam pendidikan. Melalui sikap individu akan memiliki kecenderungan untuk melakukan suatu respon dengan cara-cara tertentu terhadap dunia luar, baik berupa individu ataupun objek tertentu.

Terdapat  lima jenis karakteristik afektif  berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. 

a. Sikap 

Dalam pengertian sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental kecenderungan yang relatif menetap untuk beraksi dengan baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu menurut Mueller sikap adalah menyukai atau menolak suatu objek psikologis.Selanjutnya Mueller menyatakan bahwa sikap adalah pengaruh atau penolakan, penilaian, suka atau tidak suka, kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu objek psikologis. Pernyataan diatas menunjukkan bahwa pada prinsipnya sikap adalah kecenderungan individu atau siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Perwujudan perilaku belajar siswa-siswa akan di tandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah (lebih maju dan tugas) terhadap suatu objek, tata nilai, dan sebagainya.

 b. Minat 

    Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya, sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Misalnya seorang anak menaruh minat terhadap bidang kesenian maka dia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian.         Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya dengan sifat-sifat murid baik yang bersifat kognitif seperti kecerdasan dan bakat maupun yang bersifat afektif seperti motivasi, rasa percaya diri, dan minatnya.William James melihat bahwa minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Jadi efektif merupakan faktor yang menentukan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. 

    Mengingat pentingnya minat dalam belajar seorang tokoh pendidikan lain dari Belgia yakni Ovide Decroly mendasarkan sistem pendidikannya pada pusat minat yang pada umumnya dimiliki oleh setiap orang yakni minat terhadap makanan perlindungan terhadap pengaruh iklim (pakaian, dan rumah) mempertahankan diri terhadap macam-macam bahaya dan musuh bekerja sama dalam olahraga.        Mursall dalam bukunya Succesful Teaching memberikan suatu klasifikasi yang berguna bagi guru dalam memberikan pelajaran bagi siswa ia mengemukakan 22 macam minat yang diantaranya ialah bahwa anak memiliki minat terhadap belajar. Dengan demikian, pada hakekatnya setiap anak berminat terhadap belajar dan guru sendiri hendaknya berusaha membangkitkan minat anak terhadap belajar.

c. Konsep Diri 

Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah dan intensitas konsep pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat di pilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat. 

d. Nilai 

Nilai menurut Rokeach merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk.Selanjutnya di jelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku.Arah nilai dapat positif dan dapat negatif.

e. Moral 

Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang di lakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yakni keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai dan keyakinan seseorang.

Minggu, 03 Oktober 2021

Pengajaran Berbasis Pemecahan Masalah




Kita hanya berpikir saat kita dihadapkan dengan masalah. John Dewey . 
Lebih dari dua dekade sejak dipublikasikannya dokumen asli standar NCTM (NCTM, 1989), kelanjutan bukti tersebut meningkat bahwa pemecahan masalah itu sangat berkuasa dan berguna sebagai sarana pembelajaran. Seperti keadaam Prinsip dan Standart (NCTM, 2000). Menyelesaikan permasalahan itu bukan hanya sebagai tujuan belajar matematika tetapi juga sebagai tujuan utama untuk melakukan sesuatu...Menyelesaikan masalah adalah bagian untuh dari pembelajaran matematika, dan tidak seharusnya tidak terbatasi oleh bagian program matematika.Pemecahan masalah dalam matematika meliputi lima aspek area yang dideskripsikan oleh Standart.... Masalah yang baik akan menggabungkan beberapa topik dan menyangkut masalah matematika yang signifikan. 

Di publikasi klasik tentang tipe-tipe pebelajaran yang terkait dengan pemecahan masalah, Schroeder dan Lester (1989) mengidentifikasi tiga tipe pendekatan dalam pemecahan masalah:

  1. Pengajaran untuk memecahkan masalah. Pembelajaran dimulai dengan mempelajari konsep abstrak dan menyelesaikan masalah dengan kemampuannya masinh-masing.
  2. Pengajaran tentang pemecahan masalah. Pendekatan kedua ini melibatkan pengajaran bagaimana siswa menyelesaikan masalah, yang bisa termasuk dalam proses pengajaran (mengerti, menyusun strategi, implementasi, dan melihat teori kebelakang) atau strategiuntuk memecahkan masalah. Contoh dari strategi itu sendiri ialah ‘menggambarkan sebuah gambar’ dimana siswa menggunakan gambar atau diagram untuk membantu menyelesaikan masalah. Lihat “Pengajaran tentang Pemecahan Masalah” di bagian ini.
  3. Pengajaran melalui pemecahan masalah. Secara umum berarti melibatkan siswa belajar matematika melalui konteks nyata, situas, dan model. Konteks dan model membiarkan siswa membangun pemahaman terhadap konsep jadi mereka dapat mengubah konsep yang abstrak. Pengajaran melalui pemecahan masalah dapat dideskripsikan sebagai kemunduran dari pengajaran untuk menyelesaikan masalah-dengan masalah yang ditampilkan diawal pelajaran dan kemampuan yang muncul dari mengerjakan suatu permasalahan. 

BELAJAR DAN MENGAJAR MATEMATIKA

        

Dalam belajar matematika, meskipun kita mampu mengkreasikan suatu konsep dalam pikiran kita, namun tidak bila lepas dari konsep-konsep matematika yang ditemukan oleh ahli matematika terdahulu. Seorang jeniuspun tidak akan melakukanya tanpa ini (konsep-konsep terdahulu). Hal ini terutama pada tahap awal menjadikan dan pada kebanyakan siswa sangat bergantung pada pengajaran yang baik. Untuk mengetahui apai itu matematika, bagaimana mengajarkannya dan bagaimana mengkomunikasikannya pada orang yang tingkat konseptualnya lebih rendah merupakan beberapan hal yang perlu diperhatikan. Khusus mengenai bagaimana mengajarkan matematika pada orang yang tingkat konseptualnya lebih rendah saat ini kurang mendapat perhatian. Akibatnyan banyak siswa selama sekolah tidak suka bahkan takut terhadap matematika.

Banyak usaha yang telah dilakukan untuk memperbaiki hal ini. Misalnya, dengan memperkenalkan model pembelajaran baru, penyajian yang lebih menarik, penyajian melalui TV dan lain-lain. Semua usaha ini akan lebih berarti bila proses mental yang terjadi dalam matematika juga diperhatikan. Dalam pembahasan ini, biarpun kita sedang membicarakan konsep-konsep matematika, namun kebanyakan contoh yang dipakai adalah non matematika. Konsep-konsep matematika dihasilkan dari beberapa pengabstraksian, disimpulkan dari abstraksi-abstraksi dan seterusnya, sehingga alas an psikologis yang semula dalam bahaya menjadi hilang oleh kekomplekkan contoh-contoh matematika. Bahkan setelah diperiksa topik-topik sederhana seperti menghitung perkalian panjang, banyak memuat konsep-konsep tingkat rendah.